Perjalanan Turun Dari Gunung Rinjani Lewat Senaru
Perjalanan kita mendaki Rinjani tahun 2012 kemarin belum semuanya bisa di buat catatannya. Terlalu banyak hal-hal baru yang kami dapatkan dan tidak semuanya bisa kami diceritakan.
Kali ini ceritanya kami akan turun lewat Senaru. Terakhir kami di segara anak, cuma sesaat setelah istirahat dan lain-lain di segara anak, maka sore itu kami mencoba pulang lewat jalur Senaru. Terus berjalan aja, capek segera tergantikan dengan dinginnya angin yang bertiup kencang. Di perjalanan kami terus bertanya ke orang-orang yang kami jumpai tentang arah Senaru dan estimasi waktu untuk sampai Plawang Senaru.
Kali ini ceritanya kami akan turun lewat Senaru. Terakhir kami di segara anak, cuma sesaat setelah istirahat dan lain-lain di segara anak, maka sore itu kami mencoba pulang lewat jalur Senaru. Terus berjalan aja, capek segera tergantikan dengan dinginnya angin yang bertiup kencang. Di perjalanan kami terus bertanya ke orang-orang yang kami jumpai tentang arah Senaru dan estimasi waktu untuk sampai Plawang Senaru.
Menanjak terus..., itulah yang tidak terpikirkan kami, untuk turun ke segara anak saja kami menghabiskan waktu yang cukup lama setara dengan mendaki Gunung Merapi di Jawa Tengah, apalagi kalau naiknya ke Plawang Senaru. Dengan sisa-sisa tenaga yang masih ada kami terus berjalan sekuatnya saja.
View Segara Anak dari Jalur Senaru |
Suasana Makin Sore Di Jalur Senaru |
Hari mulai gelap dan angin semakin kencang, tampaknya badai datang lagi, sampai kami di tempat yang agak lebar di situ bertemu beberapa orang yang ngecamp, ada dua tenda. Seorang yang memang sengaja datang ke Rinjani untuk memotret dan beberapa porter,sempat kami istirahat sebentar dan berbincang, saran orang itu kami sebaiknya ngecamp juga di sini, hari semakin gelap badai semakin hebat, ya udah kami putuskan bermalam di tempat itu. Dua tenda kecil kami sudah berdiri namun tiupan angin terus menerpa, membuat kita cuma bisa meringkuk dalam tenda. Mau sholat maghrib dan isya'di luar terasa dingin dan berat, akhirnya setelah makan mie seadanya kita tiduran dan menunggu deru angin berhenti. Namun sama saja semakin larut malam masih kencang badainya. Akhirnya kita sholat di dalam tenda.
Malam berlalu bersama badainya, pagi cerah saatnya melanjutkan pendakian menuju Plawang Senaru.Sepanjang jalur menuju Plawang Senaru kita nikmati dengan sejuknya udara, terkadang kita berpapasan juga dengan rombongan turis yang turun menuju segara anak. Jalur yang berliku seakan tiada habisnya, kadang ada pagar besi saat melintas jalan yang sampingnya jurang.
Pagi Yang Cerah Siap Lanjutkan Perjalanan |
Akhirnya setelah menempuh beberapa jam (pokoknya lama), sampai juga di Plawang Senaru. Ternyata untuk sampai ke Senaru masih jauh, masih harus turun melewati bukit-bukit rumput dan batu.
Masih Sekitar 7,5 KM ke Senaru |
Lanjutkan lagi sambil berlari menerbangkan debu-debu, paling sebel kalau turun lewati trek berdebu. " Mana sih hutannya kok gak nampak-nampak" , pikirku dalam hati. Akhirnya mulailah tampak pohon-pohon agak tinggi.
Tampaknya Sudah Mulai Masuk Hutan |
Ini Pos Berapa Ya ? |
Di Pos inilah kami bertemu seorang turis, teman-teman yang duluan sampai juga sedang asyik istirahat dan berbincang dengan turis. Kok berani bener teman-teman ngobrol, apa pada pinter bahasa inggris. Ternyata turisnya yang bisa bahasa Indonesia. Kami memanggilnya mister.
"Dari mana mister?" tanya kami.
"Saya dari kampung," jawab mister dengan logat orang bule.
"Maksudnya,where do you come from?" kami berusaha jelaskan maksud yang kami tanyakan asal negaranya.
"O.., saya dari Holand," mister mulai paham.
"Saya orangnya keras kepala tidak mau bawa porter, berapa jam lagi sampai danau ?" mister bertanya pada kami.
"Masih jauh mister,mungkin 4 jam lebih mister." Jawab kami dengan perkiraan saja.
"Bisakah cuma dua jam saja," tanya mister lagi.
"Wahhh...gak bisa mister,"jawab kami kaget.
"Kalau saya lari?" kata mister.
"He he.., coba aja mister," jawab kami sambil tersenyum.
Akhirnya kami berpisah dengan mister, dan melanjutkan perjalanan turun ke Senaru. Singkat cerita kita melintasi hutan-hutan Senaru, banyak hal yang kami dapatkan, terasa jauh dan tidak sampai-sampai. Si matic (iben) lututnya yang sakit kalau turun akhirnya tertinggal jauh oleh Ayyub, menyusul bang Ibnu kemudian Yoiyok.
(bersambung)
2 komentar untuk "Perjalanan Turun Dari Gunung Rinjani Lewat Senaru"