Amalan Sunnah Di Bulan Syawwal


Segala puji bagi Allah, kita memujinya, memohon pertolongan-Nya, ampunan-Nya dan kita berlindung kepada Allah dari kejelekan diri-diri kita dan keburukan amal-amal kita, amma ba’du.

Kaum muslimin rahimakumullah…
Setelah sebulan penuh kita berpuasa, tibalah saatnya kita kaum muslimin untuk merayakan 'idul fitri dan kebahagian ini sangatlah disyari’atkan dalam agama kita. Tapi dalam kesemarakan dan kesyahduan ‘idul fitri banyak kaum muslimin yang tidak mengetahui maknanya, karena dalam bulan syawal ini ada kesempatan bagi kita untuk meraih tambahan pahala. Maka sudah selayaknya kita manfaatkan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

Banyak amalan sunnah di bulan syawal ini yang disyari’atkan, berkata asy-syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang sunnah-sunnah di hari raya, beliau menjawab. “Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan hukum yang banyak di hari raya ‘id, di antaranya;

Disukainya (mustahab) bertakbir di malam ‘idul fitri sejak tenggelamnya matahari di hari terakhir bulan ramadhan, sampai datangnya imam untuk memimpin shalat ied. Dan hendaknya seseorang mengangkat suaranya ketika bertakbir di pasar-pasar, mesjid-mesjid, dan rumah-rumah, kecuali bagi kaum wanita tetap harus melirihkan suaranya ketika bertakbir.
Memakan beberapa butir kurma dengan bilangan ganjil sebelum berangkat shalat ‘id, memakai pakaian terbaik yang syar’i, dan boleh melakukan/memberikan ucapan selamat hari raya selagi bukan ucapan yang haram/terlarang atau mengandung perbuatan yang haram seperti bersalaman dengan lawan jenis yang bukan mahramnya, dan melakukan shalat ‘id (Majmu’ fatawa asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah : 16/223).

Setelah melakukan amalan sunnah di hari raya ‘idul fitri sebagaimana dijelaskan di atas maka masih lagi amalan sunnah yang ada khusus di bulan syawal, dalam pembahasan kali ini yakni puasa syawal. Berikut ini sedikit pembahasan tentang puasa syawal, semoga bermanfaat.

Disyari’atkannya Puasa Enam Hari pada Bulan Syawal
Hal ini sebagaiman ditegaskan dalam banyak hadist, di antaranya hadist Abu Ayyub dan Tsauban berikut ini:
Dari Abu Ayyub Al-Anshari radiaallahu anhu, bahwasanya Rasullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“barang siapa berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal, maka (pahalanya) dia berpuasa seperti puasa satu tahun penuh.” (HR Muslim:1164)

Kemudian dari Tsauban, budak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ia berkata, bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya ‘idul fitri, maka seperti telah berpuasa selama setahun, barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh kali lipatnya.” (dishahihkan oleh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 4/107)

Puasa enam hari pada bulan syawal hukumnya adalah sunnah, baik bagi kaum pria ataupun wanita. Hal ini merupakan pendapat mayoritas ahlul ilmu seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Ka’ab al-Akhbar, Sya’bi, Thawus, Maimun bin Mihran, Abdullah bin Mubarak, Ahmad bin Hanbal, Syafi’i. Alangkah bagusnya ucapan Al-Allamah al-Mubarakfury: “Pendapat yang menyatakan tidak disukainya puasa enam hari di bulan syawal adalah pendapat yang salah dan bertentangan dengan hadist-hadist shahih.”

Keutamaan Puasa Enam Hari Syawal

Orang yang melakukan satu kebaikan akan mendapatkan sepuluh kebaikan yang semisal. Puasa ramadhan selama sebulan berarti akan semisal dengan puasa 10 bulan. Puasa syawal enam hari berarti akan semisal dengan 60 hari yang sama dengan 2 bulan. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan syawal akan mendapatkan puasa seperti setahun penuh. Hal ini telah dijelaskan dalam hadist Tsauban. Akan tetapi yang perlu digaris bawahi adalah  bukan berarti dibolehkan puasa Dahr (setahun penuh) karena beberapa sebab, di antaranya:
  • Pertama: maksud perumpamaan Nabi di atas sebagai anjuran dan penjelasan tentang keutamaannya, bukan tentang pembolehan puasa dahr (terus menerus) yang jelas puasa dahr hukumnya haram dan memberatkan-beratkan diri, haram karena dalam setahun seseorang akan bertemu dengan hari-hari terlarang untuk berpuasa seperti hari raya dan tasyriq.
  • Kedua: Karena tidak ada celah untuk mendapatkan/menjalankan  puasa setahun penuh maka kesempatan untuk bisa mendapatkan pahala puasa setahun penuh adalah dengan jalan melakukan puasa syawal.Kaum muslimin rahimakumullah…Melihat dari syariat yang telah menjelaskan keutamaan dalam puasa syawal maka sudah sepantasnya sebagai seorang yang beriman berlomba-lomba untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan tersebut.
  • Ketiga: Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “sebaik-baik puasa adalah puasa Dawud, beliau puasa sehari dan berbuka sehari”, hadist ini sangat jelas sekali menunjukkan bahwa puasa Dawud lebih utama dari puas dahr sekalipun hal itu lebih banyak amalannya. (tahzib sunan 7/70-71 dan manarul munif hal 39 Ibnul Qayyim)

Beberapa Faedah Puasa Syawal

Membiasakan puasa syawal setelah puasa pada bulan ramadhan memiliki beberapa faedah, di antaranya:
  1. Berpuasa enam hari di bulan syawal setelah Ramadhan berarti meraih pahala puasa setahun penuh, yang ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan melakukan puasa syawal.
  2. Puasa syawal dan puasa syaban seperti shalat sunnah rawatib sebelum dan sesudah shalat fardhu, yaitu sebagai penyempurna kekurangan yang terdapat dalam shalat fardhu.
  3. Puasa syawal setelah ramadhan merupakan tanda bahwa Allah menerima puasa ramadhannya, sebab Allah apabila menerima amal seorang hamba maka Dia akan membeikan taufiq kepadanya untuk melakukan amalan shalih setelahnya.
  4. Puasa syawal merupakan ungkapan rasa syukur setelah Allah mengampuni dosanya dengan puasa ramadhan.
  5. Puasa syawal merupakan tanda keteguhannya dalam beramal shalih, karena amal shalih tidak terputus dengan selesainya ramadhan tetapi terus berlangsung selagi seorang hamba masih hidup.

(Lathoiful Ma’arif ibnu Rajab hal 393-396)

Kapan Puasa Syawal Dilakukan
Fadhillatus syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah, ditanya, “Apa keutamaan pusa enam hari di bulan syawal? Apakah harus dilakukan secara berurutan atau boleh selang-seling?
Beliau rahimahullah menjawab: “ya, puasa enam hari di bulan ramadhan ada keutamaannya, seperti yang terdapat dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa puasa ramadhan, kemudian dia lanjutkan dengan berpuasa 6 hari di bulan syawal, maka ia seperti berpuasa setahun.” Yakni seperti puasa setahun penuh. Dan perlu diperhatikan bahwa keutamaan ini tidak tercapai kecuali apabila seseorang telah menyelesaikan puasa ramadhan sepenuhnya, karna apabila seseorang punya hutang puasa ramadhan, maka hendaknya dia melunasi dulu hutangnya baru kemudian dia melakukan puasa syawal.
Dan apabila ia melakukan puasa syawal terlebih dahulu, maka ia tidak mendapatkan keutamaan ini, sama saja apakah kita memilih pendapat sahnya puasa sunnah sebelum qadha’ atau tidak, hal ini karena Nabi bersabda “Barangsiapa puasa ramadhan, kemudian ia lanjutkan…” dan seseorang yang punya hutang puasa ramadhan hanya dikatakan telah puasa sebagian ramadhan dan tidak bisa dikatakan puasa ramadhan.
Dan boleh melakukan puasa syawal selang-seling, akan tetapi berurutan lebih afdhal, karena dengan berurutan berarti dia telah bersegera dalam melakukan kebaikan dan selamat dari menunda-nunda, yang terkadang menjerumuskan seseorang kepada meninggalkan puasa. (Majmu’ fatawa Asy syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah no: 384)

Fadhilatus syaikh Abdul Azis bin Abdillah bin Baz rahimahullah ditanya, “Bolehkah bagi seseorang memilih hari untuk puasa 6 hari di bulan  syawal atau puasa ini ada waktu khusus, dan kapan seseorang melakukannya menjadi wajib?
Beliau rahimahulloh menjawab: “Telah benar riwayat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, ‘Barangsiapa puasa ramadhan, kemudian dia lanjutkan dengan 6 hari di bulan syawal, maka ia seperti puasa setahun’ ”. (HR Muslim dalam shahih-nya), dan hari-harinya tidak ditentukan melainkan seorang muslim bebas memilihnya dari hari-hari di bulan tersebut apabila ia mau berpuasa di awalnya atau pertengahannya atau di akhirnya. Dan apabila ia mau boleh melakukannya selang-seling atau berurutan, dalam hal ini ada keluasan Alhamdulillah.
Dan apabila ia bersegera melakukannya dengan berurutan di awal bulan maka ini yang afdhal, karena ini termasuk bersegera dalam kebaikan, tidak wajib baginya dan boleh meninggalkannya di tahun manapun. Akan tetapi terus melakukannya lebih afdhal dan lebih sempurna, berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Amalan yang dicintai Allah adalah yang berkesinambungan oleh pelakunya walaupun sedikit,” Wallahul Muwaffiq. (Majmu fatawa Asy-syaikh Abdul Azis bin Abdillah bin Baz rahimuhulloh 15 / 390)

Kaum muslimin rahimakumullah…
Setelah kita menyimak perkataan para ulama di atas maka hendaknya kita bersegera dalam menjalankannya, sebab amalan sunnah tersebut memiliki beberapa faedah, di antaranya:
  1. Menyempurnakan kekurangan pada amalan wajib, jika seorang telah berusaha agar ibadah wajibnya sempurna semaksimal mungkin, namun tidak luput dari kekurangan. Di sinilah peran amalan sunnah untuk menutup lubang-lubang kekurangan tersebut.
  2. Menambah pahala disebabkan bertambahnya amalan shaleh
  3. Menggapai kecintaan Allah
  4. Menambah keimanan seorang hamba
  5. Menambah kuatnya hubungan seorang hamba dengan Rabbnya.
  6. Merupakan medan untuk berlomba-lomba dalam ketaatan.
  7. Mendorong hamba dalam melakukan amalan wajib, sebab mustahil jika ada seorang yang rajin mengamalkan perkara sunnah tetapi mengabaikan amalan wajib.
  8. Pembuka amalan wajib.
  9. Menutup pintu bid’ah dalam agama.
  10. Mencontoh Nabi dan para salafus shalih

(min fawaid Syaikhuna Sami’ abu Muhammmad atas kitab Ar-Raudh al-Murbi’ al-Bahuti, Kitab Puasa)
Demikian, semoga bermanfaat.

Penulis: Tim Kontributor Alfaidah
Sumber : Tamaamulminnah.com

Posting Komentar untuk "Amalan Sunnah Di Bulan Syawwal"