Larangan Membawa Tisu Basah Ke Gunung dan Pengendalian Sampah Plastik

Persoalan sampah memang semakin pesat saja permasalahannya di gunung, sepesat banyaknya orang yang suka dengan aktivitas mendaki gunung juga. Yang saya tidak habis pikir apa iya penggiat alam kok suka buang sampah sembarangan. Gini saja logikanya kalau di gunung saja tidak mau perhatikan sampahnya terus bagaimana keseharian dia ya ? Ya sudahlah semoga yang masih tidak mau peduli dengan sampah sendiri diberi hidayah ke jalan yang benar, he he...
sampah-gunung
Akankah Keindahan Gunung Rusak Karena Sampah ?
Semua butuh diusahakan, butuh edukasi lagi , mungkin dulu saat sekolah sedang mengantuk saat guru menerangkan jeleknya perbuatan membuang sampah sembarangan. Tapi masih saja ditemui sampah-sampah terutama sampah non organik (plastik, tisu basah, kaleng dan semisalnya) yang notabene sampah tersebut sangat lama terurai di alam sehingga akan mencemari alam baik pencemaran visual (mengganggu pemandangan) dan merusak kesuburan tanah. 

Plastik umumnya dibuat dari minyak bumi sebagai bahan dasar, dan bahan tambahan yang umumnya masuk kategori logam berat (kadmium,timbal,nikel). Logam-logam berat tersebut non-degradable (sulit terurai) tetapi mudah terserap. Akhinya mikroorganisme di dalam tanah akan menyerap logam-logam berat tersebut dan kesuburan tanah akan terganggu. Plastik juga bisa menghalangi penyerapan air dalam tanah, plastik juga sulit ditembus akar tumbuhan sehingga tumbuhan sulit berkembang dengan baik dan bisa mati.

Okelah penggunaan plastik memang tidak bisa dihindari namun kita harus mengelolanya dengan baik agar tidak semakin merusak lingkungan. Sudah berapa ribu orang yang mendaki gunung, dan sampah yang dihasilkan sudah berapa ton? Kalau semua orang tidak peduli dengan sampahnya, kira-kira gunung akan berubah jadi gunung sampah, terus hilanglah keindahannya, hilanglah kesuburan tanahnya. 

Wilayah yang berupa hutan wisata, taman nasional, wilayah konservasi masih boleh dikunjungi misal untuk kegiatan mendaki gunung yang tentu harus dengan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). Adapun hutan suaka, Cagar Alam tidak boleh dimasuki untuk kegiatan pendakian gunung. 

Tanggung jawab pengelola sebuah kawasan memang tidak mudah, walapun pundi-pundi rupiah mengalir ketika banyak pengunjung, tetapi satu sisi itu berpotensi sebabkan kerusakan. Jadi butuh peraturan agar dampak negatif tersebut bisa dikurangi atau bahkan bisa di hilangkan untuk kepentingan bersama. Info yang masih lumayan baru (sejak 12 November 2018) “ Enam Gunung di Jawa Tengah Melarang Pendaki Membawa Tisu Basah” , di karenakan tisu basah mengandung unsur plastik yang tentu saja sulit terurai di alam. Unsur plastik pada tisu basah biasanya plastik resin seperti polyester atau polypropyle
tisu basah sulit terurai
Tisu Basah ( Wet Wipes ) Sampai 100 Tahun Agar Bisa Terurai
Sumber : dailymail.co.uk

Adapun keenam gunung di Jawa Tengah  tersebut yaitu :
  1. Gunung Prau
  2. Gunung Sindoro
  3. Gunung Sumbing
  4. Gunung Andong
  5. Gunung Kembang
  6. Gunung Ungaran
Peraturan Larangan Membawa Tisu Basah Ke Gunung
Peraturan Larangan Membawa Tisu Basah Ke Gunung
Tisu basah memang beberapa pendaki memakainya , biasanya untuk mengusap wajah, untuk membersihkan dari kotoran (cebok) setelah BAB (buang air besar). Sebagai pendaki yang baik, sepatutnya menyambut peraturan tersebut walaupun selama ini kita tidak membuang sampah sembarangan. Dengan peraturan tersebut pihak yang peduli dengan lingkungan ketika melakukan operasi bersih-bersih gunung pun tidak kesulitan, ketika sudah berkurang sampah tisu atau bahkan sudah tidak dijumpai lagi sampah tisu. 

Coba bayangkan, kita disuruh mengambil tisu-tisu bekas kotoran, hii...pasti kita jijik dan marah. Padahal sampah tisu basah itu mengandung plastik yang sulit terurai di alam, kalau ditanam tentu saja merusak kesuburan tanah. Begitu saja informasi dari saya, semoga bermanfaat bagi kita semua. Terimakasih.

Posting Komentar untuk "Larangan Membawa Tisu Basah Ke Gunung dan Pengendalian Sampah Plastik "