Social Distancing Dan Physical Distancing, Usaha Untuk Meratakan Kurva Pandemik
Pada tanggal 2 Maret 2020 diumumkan secara resmi bahwa ada dua kasus positif COVID-19 pertama di Indonesia. Hari demi hari bertambahlah kasus tersebut, hingga sampai tanggal 15 Maret 2020 dilakukanlah press conference oleh Presiden terkait langkah-langkah yang akan di tempuh. Salah satunya dengan mengenalkan istilah social distancing. Saya kira akan di lockdown atau karantina wilayah, ternyata diambilah opsi untuk membatasi, mengambil jarak dalam bersosial. Himbauan untuk belajar di rumah, bekerja dari rumah dan ibadah di rumah salah satu usaha penerapan Social Distancing tersebut.
Apa Itu Social Distancing
Social Distancing atau pembatasan sosial adalah praktik kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dekat dengan orang sehat untuk mengurangi peluang penularan penyakit.
Berkaitan dengan pandemik COVID-19, tujuan Social Distancing atau jaga jarak sosial adalah untuk memperlambat penyebaran wabah sehingga mengurangi kemungkinan infeksi pada individu yang berisiko tinggi dan untuk mengurangi beban pada sistem perawatan kesehatan dan tenaga medis. Para ahli menggambarkan ini sebagai "perataan kurva," yang umumnya merujuk pada keberhasilan potensial dari langkah-langkah jarak sosial untuk mencegah lonjakan penyakit yang dapat membanjiri sistem perawatan kesehatan.
Praktik Dalam Social Distancing
- Tetap tinggal di dalam rumah (belajar di rumah, bekerja dari rumah, ibadah di rumah)
- Jaga jarak di area publik (jika terpaksa harus keluar rumah) antara 1-2 meter dengan orang lain
- Hindari kerumunan, bisa di tempuh dengan menutup tempat wisata, membatalkan acara yang melibatkan banyak orang.
Apa Itu Social Distancing |
Manfaat Social Distancing
Beberapa manfaat Social Distancing :
- Dengan tetap tinggal di rumah, maka mengurangi bertemu dengan orang lain dan mengurangi kepadatan di area publik.
- Dengan tetap tinggal di rumah akan memberikan istirahat maksimal bagi yang suspect ataupun yang terinfeksi ringan.
- Berkurangnya kepadatan/kerumunan di area publik akan mengurangi kandungan virus di dalam udara (viral load), sehingga makin berkurang bahaya penularannya.
- Menjaga jarak aman dengan orang lain, akan mengurangi kerumunan di fasilas publik seperti : lift, bus atau angkutan umum lainnya.
- Jagalah jarak dengan orang lain, sehingga virus yang dikeluarkan oleh penderita atau suspect saat berbicara, batuk atau bersin tidak akan langsung terhirup oleh orang di dekatnya.
- Situasi yang tidak pasti mana orang yang terinfeksi dan mana yang sehat, diperlukan tindakan yang tepat yaitu dengan menjaga jarak aman dengan orang lain.
Penjelasan dari Karimah Muhammad terkait Social Distance, konsep ini sebenarnya sudah dipelajari dalam sistem pengenceran asam-asam pekat yang berbahaya dalam Kimia Analisis dan pada konsep vaksinasi.
Praktik Sosial Distancing dalam penanganan penyebaran virus COVID-19 ini salah satunya dengan mengkondisikan ruang publik, misalnya ruang 5 meter persegi hanya terisi beberapa orang saja, karena masing-masing menjaga jarak satu sama lain, ibaratnya tengah mengencerkan asam pekat, sehingga bahayanya menjadi jauh berkurang. Asam pekat ketika di encerkan akan berkurang bahayanya, seperti itu juga jika kadar virus di suatu lingkungan (viral load) bisa di encerkan (dikurangi), maka potensi menularnya akan lebih sedikit.
Bagi suspects dan mereka yang terinfeksi ringan tanpa gejala (asimptomatik), tinggal di rumah atau mengisolasi dengan terus konsumsi makanan bergizi, akan memberi waktu yang cukup untuk membentuk antibodi melawan COVID-19. Mereka ini, jika kelak selesai mengkarantina diri, diprediksi tidak akan menularkan virusnya kepada orang lain. Ini adalah penerapan konsep vaksinasi: makin banyak yang divaksinasi berarti makin sedikit faktor penular infeksi, makin sedikit jumlah virus yang bisa menginfeksi.
Apa Itu Physical Distancing
Physical distancing adalah jaga jarak aman dan disiplin untuk melaksanakannya bukan hanya di tempat umum, tetapi juga berlaku di seluruh rumah tangga di setiap keluarga. Istilah Physical Distancing di tulis di web WHO pada tanggal 18 Maret 2020
Upaya Meratakan Kurva Pandemik
Sudah hampir satu bulan sejak pandemik ini resmi dilaporkan ada di Indonesia, dan baru 2 pekan saja jumlah kasus yang dilaporkan melambung naik. Iya, kalau dibuat kurva antara jumlah kasus dengan hari, maka terbentuk kurva pandemik yang eksponensial. Kawal Covid 19 memberikan penjelasan yang mudah soal pertumbuhan wabah yang eksponensial.
Sebagai permisalan dari 1 kasus menjadi 2 kasus membutuhkan waktu 4 hari. Dari 1.000 kasus menjadi 2.000 kasus juga membutuhkan waktu 4 hari. Jadi setiap 4 hari, kasus akan bertambah 2 kali dari kasus sebelumnya.
Pertambahan kasus yang eksponensial seperti ini akan sangat fatal jika tidak ada upaya yang agresif untuk melambatkannya. Upaya melambatkan terjadinya penyebaran dan menghindari terjadi kasus baru akan membuat kurva pandemik berbelok mendatar atau rata. Hal tersebut harus ditempuh agar fasilitas kesehatan tidak down dan tidak sanggup lagi menerima pasien. Kalau banyak pasien tidak bisa dirawat maka angka kematian akan terus naik.
Kawal Covid 19 memberikan masukkan beberapa hal untuk mengendalikan wabah ini, syarat minimalnya 80% orang diam di rumah. Lakukan Physical Distancing yang ketat. Kemudian lakukan tes massal berbasis PCR yang masif.
Grafik Kasus Harian Per 30 Maret 2020 Source : Kawal Covid 19 |
Apakah ada harapan Indonesia mengurangi jumlah yang positif terkena virus ini? Tampaknya masih jauh, karena kemampuan tes laboratorium kita yang masih kecil, semoga segera di tambah laboratorium untuk mengejar ketertinggalan selama ini. Lambatnya untuk mendapatkan hasil tes tersebut menjadikan ketidakpastian penanganan pasien yang bergejala mirip dengan COVID-19.
Apakah Indonesia mampu menerapkan minimalnya 80% orang harus tinggal di rumah tanpa opsi Lockdown ? Kita tunggu saja PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat berhasil tidak menekan jumlah yang terinfeksi, kalau tidak mampu akan menerapkan Darurat Sipil. Mungkin kita mengalah saja terutama bagi yang masih bekerja di luar rumah. Jangan ambil resiko dengan paparan virus ini, walaupun resiko kita tidak mendapatkan penghasilan juga harus dihadapi. Pakailah masker bisa dengan masker kain dimanapun Anda berada. Tetap jalani PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), istirahatlah yang cukup. Semoga negeri ini berhasil melalui masa-masa krisis.
Apakah Indonesia mampu menerapkan minimalnya 80% orang harus tinggal di rumah tanpa opsi Lockdown ? Kita tunggu saja PSBB ( Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang akan dilakukan oleh pemerintah pusat berhasil tidak menekan jumlah yang terinfeksi, kalau tidak mampu akan menerapkan Darurat Sipil. Mungkin kita mengalah saja terutama bagi yang masih bekerja di luar rumah. Jangan ambil resiko dengan paparan virus ini, walaupun resiko kita tidak mendapatkan penghasilan juga harus dihadapi. Pakailah masker bisa dengan masker kain dimanapun Anda berada. Tetap jalani PHBS ( Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), istirahatlah yang cukup. Semoga negeri ini berhasil melalui masa-masa krisis.
Sumber :
Kawal Covid 19. 2020 . A Brief To The President . Diakses 30 Maret 2020
Muhammad, Karimah. 2020. MENGENAL SOCIAL DISTANCE: MENGURANGI RISIKO PENYEBARAN INFEKSI. Diakses 30 Maret 2020
Pearce, Katie. 2020. WHAT IS SOCIAL DISTANCING AND HOW CAN IT SLOW THE SPREAD OF COVID-19? . Diakses 30 Maret 2020
Videlia, Dipna. 2020. Arti Physical Distancing dan Social Distancing, Apa Perbedaannya? Diakses 30 Maret 2020
WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 18 March 2020
. Diakses 30 Maret 2020
WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 18 March 2020
. Diakses 30 Maret 2020
Posting Komentar untuk "Social Distancing Dan Physical Distancing, Usaha Untuk Meratakan Kurva Pandemik"
Posting Komentar