Setelah berusaha membuat track sendiri dari hasil georeferensi track dari google yang ternyata bukan cuma tidak akurat tapi memang sudah berubah track yang di gambar di situs merapi.bgl.esdm, akhirnya rekan kami mendaki Merapi Via Babadan dengan guide dari basecamp Merviba, dan itu memang yang diwajibkan, karena pendakian Merapi via Babadan pada saat tulisan ini diketik belum menjadi jalur pendakian yang resmi. Rekan kami mendaki juga membawa GPS sehingga bisa merekam track yang dilaluinya, dan itulah kesempatan bagi kami untuk mengkopinya.
|
View Merapi dari Hutan Pinus Babadan Magelang |
Sepekan setelah rekan kami mendaki, giliran kami sendiri ( Ibnu dan Yoiyok) mendaki Merapi via Babadan. Segala sesuatu harus dipersiapkan agar pendakian berjalan dengan lancar dan selamat sampai pulang ke rumah. Menghubungi basecamp Merviba dan guidenya, janjian akan mendaki tik-tok ( pulang pergi) , iya kami rencana tik-tok saja, berangkat pagi pulang petang ( tidak ngecamp)
Rute ke Basecamp Merviba ( Merapi Via Babadan )
Babadan adalah sebuah dusun di Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Di Babadan pula ada Pos Pengamatan Gunung Api Merapi. Untuk basecamp pendakian ada di Dusun Babadan I, rute dari Terminal Muntilan bisa di lihat di peta di bawah ini :
|
Dusun Babadan 1, Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang |
|
Foto Lama dari Google Street View |
|
|
Belok Menuju Basecamp Merviba |
|
|
|
Sudah Tampak Basecamp Merviba
|
|
Jalur Pendakian Merapi Berbasis Konservasi |
Santai dan Ngobrol Dulu Di Basecamp
Seperti biasa, kalau sudah janjian di dunia maya (via WA) terus berhasil kopdar (ketemuan) apalagi setelah nyasar sampai dusun lain hampir satu jam, terasa senang seakan berjumpa dengan kawan yang telah lama tidak bertemu ( padahal belum pernah bertemu). Ya begitulah mungkin rekan pendaki yang lain juga merasakan hal yang sama, berusaha santai ngobrol sambil menikmati pemandangan sekitar basecamp juga.
|
View Merapi Dari Jalan Belakang Basecamp |
|
|
|
|
|
|
|
Siang hari di sini walaupun cahaya matahari memancar dengan silaunya, namun udara masih terasa sejuk, apalagi angin sedang bertiup sepoi-sepoi.
|
Jupiter-Z Bang Ibnu Di Basecamp Merviba |
Bonceng Sampai Batas Hutan
Setelah cukup persiapan, ngobrol dan isi buku tamu, langsung saja karena hari mulai siang, kami bergegas mendaki Gunung Merapi. Kali ini satu pengalaman yang belum pernah saya alami adalah bonceng motor sampai batas hutan, di mana lumayan menantang layaknya trabas pakai trail, tapi ini pakai motor yang biasa untuk mengangkut rumput. Memang menghemat waktu, tapi capek juga menjaga agar kita tidak jatuh saat posisi menanjak dan berbelok.
|
Sekedar Untuk Gambaran Track Merapi Via Babadan |
|
Sekitar Hutan Pinus |
|
|
Setelah jalan bervariasi landai dari batas hutan menuju Pos Patuk, jalan akan menurun menuju Sungai satu.
|
Sungai 1 Merapi Via Babadan |
Setelah melewati sungai satu, siap-siap untuk menanjak ke Pos 2 Pematang Dhuwur, bener-bener Dhuwur ( tinggi) ini pematang.
|
Pos 2 Pematang Dhuwur |
Tapi jangan putus asa, jalan akan kembali menurun menuju Sungai 2 ( Kali Apu ). Terlihat dari atas dinding kali apu ada jalan menuju trek berikutnya, tapi kita harus turun terus sampai bisa mencapai dasar sungai walaupun terkesan memutar ke bawah, karena dinding sungai apu ini tinggi sekali.
|
Di atas Dinding Sungai 2 |
|
Memandang Dari Atas Dinding Sungai 2 |
|
Dinding Tinggi Sungai 2 ( Kali Apu ) |
Tidak lama setelah melewati sungai 2, kita menuju Sungai 3 ( Kali Gesik ), hampir semua sungai di sini tidak ada airnya, hanya batu dan pasir, kurang tahu kalau musim hujan apa ada aliran lahar hujan melewati sungai-sungai tersebut.
|
Jalur pasir sulit di lalui, kita injak akan merosot kembali |
|
Ngarai Kali Gesik |
Setelah menikmati trek berbatu dan pasir, kita naik menuju trek rumput dan semak-semak, sehingga dinamakan Pos 3 ini dengan nama Pos Tegal Alang, mungkin tegal yang banyak alang-alangnya ( lahan yang banyak rumput.
|
Pos 3 Tegal Alang |
|
|
|
Tanaman Sekitar Pos Tegal Alang |
|
Bunga Pohon Rhynchocarpa monophylla |
Seperti yang tertulis di banner Merviba, yaitu jalur pendakian berbasis konservasi, maka guide yang mendampingi kita juga bercerita soal pentingnya edukasi terkait pembibitan pohon, penanaman di sekitar wilayah Gunung Merapi. Semoga si guide dimudahkan usahanya untuk mengedukasi anak-anak sekolah di wilayahnya, mengadakan pembibitan tanaman sendiri dan hal-hal positif lainnya.
Lama juga ngobrol dengan guide di trek ini, karena waktu semakin siang kami melanjutkan perjalanan. Tenaga mulai berkurang, nafas juga jangan lupa tetap di atur, hirup dalam-dalam lewat hidung dan pelan-pelan di keluarkan karena perjalanan masih jauh.
|
Track dengan tali tambang kecil untuk turun |
|
|
Banyak pembelajaran setelah lama tidak naik gunung dan perlengkapan mulai berkurang, salah satunya terlalu pede (percaya diri) dengan sandal yang saya pakai, padahal sebelumnya sandal putus japit sebelah kiri dan sudah saya jahitkan. Ternyata giliran japit sebelah kanan yang putus, akhirnya punya ide agar sandal tetap bisa di pakai, alhamdulillah bawa leatherman dan tali kur, agar tali tidak mudah terkikis bagian bawah tali saya beri plester luka.
|
Sandal bagian japit di lubangi bawahnya dan di tali dengan tali kur |
Sungai 4 yang dikenal dengan Watu Gelar ( Batu Yang Terhampar) memang hamparan batu lava yang panjang dan luas, ada yang unik yaitu batu ini halus sekali.
|
Bagian Watu Gelar Yang Unik |
|
Area Watu Gelar |
|
Eksotisnya Area Watu Gelar |
Lanjutkan perjalanan, menuju
Geger Challenge ( ehhh...Celeng ). Geger artinya Punggung, sedangkan Celeng adalah babi hutan. Kalau di Merbabu ada nama Geger Sapi di Merapi Via Babadan adanya Geger Celeng.
Selepas dari Watu Gelar menuju Geger Celeng, benar-benar trek yang menguras tenaga yang memang sudah dikuras sebelumnya. Trek sulit diinjak, untuk pegangan hanya rumput dan semak-semak yang licin, atau mungkin karena saya pakai sandal dan berbadan pendek, jadi paha harus diangkat tinggi. Alhamdulillah kalau sudah terlihat "cahaya terang" he he.., semak mulai sedikit sehingga bisa menginjak tanah berkerikil kecil-kecil tidak beraturan, itulah area Geger Celeng.
|
"Geger Celeng" Punggungan Menuju Pasar Bubrah Merapi |
|
Santri Dan Alam |
|
Angin meniup kabut dengan kencang menimbulkan rasa dingin sangat di kulit kami, tapi Pasar Bubrah jadi tujuan kami untuk berhenti, bisa memasak air untuk buat kopi dan masak mie. Tiang pemancar telemetri seismograf sudah mulai terlihat, hati mulai gembira sebentar lagi kita sampai Pasar Bubrah Gunung Merapi. Di Pasar Bubrah mulai tampak tenda-tenda dan para pendaki dari jalur Selo. Perjalanan yang cukup panjang sehingga kita bersegera memasak air, untuk menghemat waktu.
Cukup rasanya kami di Pasar Bubrah, maka kami lanjutkan untuk turun
|
Kabut Tipis Masih Di Pasar Bubrah, kami pun Turun |
|
Matahari Menjelang Tenggelam |
Kami turun sampai basecamp Merviba selepas Maghrib, suasana relatif sepi, bertemu rekan-rekan lain yang berkunjung di basecamp Merviba. Terimakasih untuk rekan-rekan Merviba dan Mas Guide yang telah menemani kami mendaki Merapi Via Babadan.
Posting Komentar untuk "Mendaki Gunung Merapi Via Babadan ( MERVIBA )"
Posting Komentar